Untuk dapat disebut memiliki gangguan GPPH, harus ada tiga gejala utama yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif. Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.
Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak
yang tidak bisa diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit
dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan
memanjat-manjat. Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan
suara berisik.
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk
menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang
tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera
dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak
sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan.
Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan
selesai diajukan. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri
misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk
melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang
lain.
Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan
diagnosis hiperaktif masih ada beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah
menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak berusia 9 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam
2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.
Tanda dan gejala pada anak yang lebih besar adalah
tindakan yang hanya terfokus pada satu hal saja dan cenderung bertindak
ceroboh, mudah bingung, lupa pelajaran sekolah dan tugas di rumah, kesulitan
mengerjakan tugas di sekolah maupun di rumah, kesulitan dalam menyimak,
kesulitan dalam menjalankan beberapa perintah, sering keceplosan bicara,
tidak sabaran, gaduh dan bicara berbelit-belit, gelisah dan bertindak
berlebihan, terburu-buru, banyak omong dan suka membuat keributan, dan suka
memotong pembicaraan dan ikut campur pembicaraan orang lain
Gejala-gejala diatas biasanya timbul sebelum umur 9 tahun, dialami pada 2 atau lebih suasana yang berbeda
(di sekolah, di rumah atau di klinik dll), disertai adanya hambatan yang secara
signifikan dalam kehidupan sosial, prestasi akademik dan sering salah dalam
menempatkan sesuatu, serta dapat pula timbul bersamaan dengan terjadinya
kelainan perkembangan, skizofrenia atau kelainan psikotik lainnya.
Tampilan lainnya pada anak dengan hiperaktif terjadi
disorganisasi afektif, penurunan kontrol diri dan aktifitas yang berlebihan
secara nyata. Mereka biasanya bertindak ‘nekat’ dan impulsif,
kurang sopan, dan suka menyela pembicaraan serta mencampuri urusan orang
lain. Sering kurang memperhatikan, tidak mampu berkonsentrasi dan
sering tidak tuntas dalam mengerjakan sesuatu serta berusaha menghindari
pekerjaan yang membutuhkan daya konsentrasi tinggi, tidak menghiraukan mainan
atau sesuatu miliknya, mudah marah, sulit bergaul dan sering tidak disukai
teman sebayanya.
Pendekatan ini cukup berhasil dalam mengajarkan perilaku yang diinginkan,
berupa interaksi sosial, bahasa dan perawatan diri sendiri. Selain itu juga
akan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, seperti agrsif, emosi labil,
self injury dan sebagainya. Modifikasi perilaku, merupakan pola penanganan yang
paling efektif dengan pendekatan positif dan dapat menghindarkan anak dari
perasaan frustrasi, marah, dan berkecil hati menjadi suatu perasaan yang penuh
percaya diri.
Terapi bermain sangat penting untuk mengembangkan ketrampilan, kemampuan gerak,
minat dan terbiasa dalam suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan
kegiatan kelompok. Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan untuk beraktifitas
dan bekerja saat usia dewasa. Terapi bermain digunakan sebagai sarana
pengobatan atau terapitik dimana sarana tersebut dipakai untuk mencapai
aktifitas baru dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan terapi.
Dengan bertambahnya umur pada seorang anak akan tumbuh rasa tanggung jawab dan
kita harus memberikan dorongan yang cukup untuk mereka agar mau belajar
mengontrol diri dan mengendalikan aktifitasnya serta kemampuan untuk
memperhatikan segala sesuatu yang harus dikuasai, dengan menyuruh mereka untuk
membuat daftar tugas dan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan sangat
membantu dalam upaya mendisiplinkan diri, termasuk didalamnya kegiatan yang
cukup menguras tenaga (olah raga dll) agar dalam dirinya tidak tertimbun
kelebihan tenaga yang dapat mengacaukan seluruh kegiatan yang harus dilakukan.
Nasehat untuk orangtua, sebaiknya orang tua selalu mendampingi dan mengarahkan
kegiatan yang seharusnya dilakukan si-anak dengan melakukan modifikasi bentuk
kegiatan yang menarik minat, sehingga lambat laun dapat mengubah perilaku anak