GANGGUAN
BICARA DAN GANGGUAN MOTORIK PADA ANAK
Manusia
berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi
tersebut terjadi baik secara verbal maupun non verbal yaitu dengan tulisan,
bacaan dan tanda atau simbol. Berbahasa itu sendiri merupakan proses kompleks
yang tidak terjadi begitu saja. Manusia berkomunikasi lewat bahasa memerlukan
proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya. Bagaimana manusia bisa
menggunakan bahasa sebagai cara berkomunikasi selalu menjadi pertanyaan yang
menarik untuk dibahas sehingga memunculkan banyak teori tentang pemerolehan
bahasa.
Gangguan
bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia pra sekolah. Hampir sebanyak 20%
dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan keterlambatan bicara dan gangguan
berbahasa. Keterlambatan bicara paling sering terjadi pada usia 3-16 tahun.
Pada umur 5 tahun, 19% dari anak-anak diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa (6,4% kelemahan berbicara, 4,6% kelemahan bicara danbahasa, dan 6% kelemahan bahasa).
Pada umur 5 tahun, 19% dari anak-anak diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa (6,4% kelemahan berbicara, 4,6% kelemahan bicara danbahasa, dan 6% kelemahan bahasa).
Pada
pemeriksaan hubungan antara perkembangan kontrol motorik dan bahasa dan
gangguannya, terdapat perbedaan antara besarnya jumlah yang diketahui tentang
motor kontrol anggota tubuh dan sedikit yang diketahui tentang motor kontrol
oral. Sebagai contoh, telah lama diketahui bahwa fase pertama dari perkembangan
bahasa terjadi sejajar dengan fase pertam perkembangan gestural, dan anak-anak
yang fase gesturalnya lebih awal dari rata-rata biasanya juga mengucapkan
kata-kata pertamanya lebih awal dari rata-rata(Bates
et al., 1979).
Data terakhir memperlihatkan bahwa anak-anak yang terlambat memulai baik
komunikasi gestural dan percakapan bahasa secara spontan, lebih mungkin untuk
mengalami keterlambatan daripada anak-anak yang memulai komunikasi gestural
pada umur yang sesuai tetapi juga mengalami keterlambatan bicara (Thal
et al., 1997).
Ada juga
suatu hubungan yang kuat antara kesulitan kontrol motorik anggota tubuh dan
kelemahan bahasa(Hill,
2001),
yang mana terlihat genetik ikut berperan (Bishop,
2002).
Ketidakseimbangan dalam penelitian ini masih ada, meskipun kenyataannya
mayoritas pengguna bahasa yang bicara. Sekarang terjadi perubahan dalam
perkembangan ketrampilan motorik oral.
BERBAGAI
GANGGUAN MOTORIK. VESTIBULARIS DAN SENSORIS YANG SERING MENYERTAI ANAK
DENGAN KETERLAMBATAN BICARA
- GANGGUAN KESEIMBANGAN KOORDINASI DAN MOTORIK : Terlambat bolak-balik, duduk, merangkak dan berjalan. Jalan terburu-buru, mudah terjatuh/ menabrak, duduk leter ”W”. Terlambat melompat dan terlambat mengayuh sepeda.
- GANGGUAN SENSORIS : sensitif terhadap suara (frekuensi tinggi) , cahaya (silau), raba (jalan jinjit, flat foot, mudah geli, mudah jijik)
- GANGGUAN ORAL MOTOR : TERLAMBAT BICARA, bicara terburu-buru, cadel, gagap. GANGGUAN MENELAN DAN MENGUNYAH, tidak bisa makan makanan berserat (daging sapi, sayur, nasi) Disertai keterlambatan pertumbuhan gigi.
- GERAKAN
MOTORIK BERLEBIHAN
Mata bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak terus tidak bisa dibedong/diselimuti. Senang posisi berdiri bila digendong, sering minta turun atau sering menggerakkan kepala ke belakang, membentur benturkan kepala. MUDAH JATUH DARI TEMPAT TIDUR. Sering bergulung-gulung di kasur, menjatuhkan badan di kasur (“smackdown”}. ”Tomboy” pada anak perempuan : main bola, memanjat dll.
Anak dengan jenis kelamin laki-laki
lebih rentan terhadap keterlambatan perkembangan bahasa dibanding anak perempuan.
Secara teori hormon estrogen sebagai hormon sexual pada anak perempuan sangat
berperan selama perkembangan otak, dimana hormon estrogen ini mempercepat
proses myelinisasi serabut syaraf otak.
Data
Gurian and Stevens (2005) dalam Vesna Nikolic (2008) menyatakan bahwa 80%
masalah kedisiplinan pada anak dilakukan oleh anak laki-laki, 70% anak yang
terdiagnosis gangguan belajar adalah anak laki-laki dan 80% anak laki-laki dari
tahun ke tahun, berada separuh di belakang anak perempuan untuk ketrampilan matematika
dan membacanya.
Guardian
dan Stevens menjelaskan bahwa terdapat beberapa perbedaan antara otak anak
laki-laki dengan anak perempuan :
- Pada anak laki-laki lebih banyak dopamin di aliran darahnya, sehingga meningkatkan risiko perilaku impulsif, dampaknya anak laki-laki kurang mampu belajar dengan duduk tenang, mereka memerlukan aktivitas fisik untuk mengembangkan otak mereka, dan lebih cendrung membuat keputusan yang impulsif.
- Amigdala (pusat marah dan agresi) pada anak laki-laki secara signifikan memiliki volume lebih tinggi, akibatnya anak laki-laki cendrung bereaksi dari pada memberi respon, sehingga dikatakan lebih berisiko memiliki masalah-masalah kedisiplinan.
- Pada anak laki-laki juga ter-setting untuk recharge diantara tugas-tugasnya, anak perempuan lebih mampu mempertahankan konsentrasi, meskipun dalam keadaan istirahat otak mereka masih tetap aktif. Corpus callosum (serabut penghubung antara hemispaer kiri dan kanan) juga memiliki ukuran yang berbeda dibanding anak perempuan, sehingga anak perempuan dapat menjalani berbagai tugas-tugasnya dengan lebih baik, sementara anak laki-laki lebih fokus pada suatu aktivitas pada saat itu saja.
- Anak perempuan memiliki neuronal connections yang lebih kuat di lobus temporalnya sehingga mereka dapat berperan sebagai pendengar yang lebih baik sementara anak laki-laki lebih sedikit menangkap stimuli yang berkenaan dengan suara di sekitar mereka, khususnya saat di sampaikan melalui kata-kata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar